cerpen menarik

TAWANAN PERANG ________________ Suara tembakan masih terdeganr di sana sisni, beberapa kali terdengar suara ledakan bom yang amat memekakkan telinga, cahaya kilat masih saja membasahi perbatasan negeri itu, ya.. negri yang dulunya begitu aman dan damai kini harus porak pornda, beberapa gedung terlihat berdiri tidak begitu utuh lagi, ada yang temboknya penuh dengan lubang karena tertembus peluru, ada yang sama sekali teelah roboh akibat terkena bom dan rudal-rudal senjata perang. Sungguh suasana yang sangat mencekam, betapa tidak, gedung-gedung itu seolah menjerit, merintih bahkan menngis. “ayo kita maju Syam, antum dari sebelah sana, ana dari sebelah sini. “ “ tapi San? Ana kehabisan amunisi, hanya ada grnat satu dan granat asap.” Jawab Symsudin sedikit ragu. “ InsyaAllah Syam, Allh beserta orang-orng yang sabar.” Sahut Hasan meyakinkan sahabatnya. “ya, ayo kita maju, AllahuAkbar!!!” ungkap hasan yang kini mulai membara. Mereka pun maju kearah perbatasan lawannya. Terjadi baku tembak yang cukup panjang di sana, Syamsudin terkena tembakan di bagian lengan kirinya, dan darah segar pun mulai mengalir, Hasan yang sedari tadi berada di sudut kiripun terkena peluru timah panas di bagian kaki kanannya saat mencoba mendekati sahabatnya itu, beberap baku tembak masih terus terjadi hingga mereka semua kehabisan amunisi. Secara cepat dan spontan hasan melemparkan Granat asap yang masih di simpannya ke arah Lawannya, sedangkan granat yang memiliki ledakan ia lempar ke arh sudut belakang lawannya, sehingga mereka tidak dapat kabur lagi kearah belakang dan...” Duamm!!!” suara ledakan itu terdengar cukup keras. Menit selanjutnya kedua sahabat itu mulai mendekatdi kearah lawan selangkah demi selangkah. Dan akhirnya mereka tiba di tempat granat yang tadi meledak. Beberapa mayat terlihat hancur, ada yang sampai berserakan, ada yang kepalanya terlepas dari badannya. Dia antara kumpulan tersebut masih terlihat ada dua pasukannya yang masih terlihat utuh, sepertinya masih ada tanda pernafasan, satu diantaranya mengangkat bendera putih yang artinya tanda menyerah. Syamsuddin ingin segera membunuh mereka, namun Hasan menghentikannya. “ jangan din, lawan yang sudah menyerah jangan dibunuh juga” “ tapi San mereka telah memerangi kita, insyaAllah Allah meridhoinya” ungkap Syamsudin yang tengah membara. Perasaan ingin segera membuhunya. “ satu tahun lalu ia membunuh saudara ana, kini tiba saatnya ana hasus membalasnya” tukas Syamsudin yang semakin geram. “ ana paham Din....” Hasan mencoba menenagkan sahabatnya. “ mereka adalah musuh islam, mereka pantas untuk mati” ungkap Syamsudin yang bertambah geram. “ Astaghfirullahal adzim, sabar Din, jangan biarkan syaitan menguasai amarahmu, bukankan Allah melarang untuk membunuh jiwa seseorang kecuali dengan alasan yang haq” ungkap Hasan menjelaskan. “ tidak San, mereka mutlak musuh Islam!! Dan mereka boleh untuk dibunuh” “ ia Syam ana paham, bukankah memaafkan jauh lebih mulia dan akan membuat agama ini menjadi Rahmatan Lil ‘Alamin, bukankah Rasulullah Salallahu’alihi Wasallam pada saat peristiwa Fathu; Makkah memaafkan orang-orang Kafir yang tidak lagi berdaya.” Jelas Hasan pada sahabatnya. Hal ini membuat Syamsudin kembali Sejuk betapa tidak, ia teringat akan kelembutan Rasullullah, bahkah pada seorang Pengemis yang buta, pada saat itu Rasullullah menjadi pimpinan di kota Madinah, kota itu begitu tentram dan masyarakatnya hidup dengan makmur. Setiap pagi tatkala beliau lebat pasar, beliau menyempatkan diri untuk memberi makan Pengemis Yahudi buta itu meskipun kata yang sering keluar dari mulut yahudi buta itu adalah cercaan dan cacian terhadap dirinya, hingga akhir hayat beliau namun Yahudi buta itu tidak mengetahui bahwa yang selalu datang memberinya makanan adalah Rasulullah, dan Rasulullah tidak pernah menceritakan siap sebenarnya dirinya. Saat beliau wafat, datanglah Abu Bakar As-Siddiq kebada Anaknya Aisyah yang juga istri Rasullullah, beliau bertanya amalan apa saja yang telah dilakukan Rasul yang belum pernah ia lakukan, maka Aisyah menjawab bahwa semua telah ayahnya lakukan kecuali satu hal yaitu memberi makan Yahudi buta tersebut, Abu Bakar pun segera pergi dan mencari Yahudi tersebut hingga di jumpainya seorang yang terus mengoceh menjelekkan Rasulullah, Abu Bakar segera mendekatinya dan mencoba melakukan apa yang pernah dilakukan Rasullullah semasa hidupnya. Namun Yahudi itu terus mengoceh hingga Abu Bakar kesal dan menyuapinya dengan kasar. “ hey!!! Siapa kamu!?!, kenapa kamu begitu kasar padaku” tukas Yahudi “ aku adalah orang yang biasa menyuapimu” jawab Abu Bakar. “ tidak mungkin!!” “ kenapa ???” “ orang yang biasa menyuapiku begitu lembut, ia selalu membesarkan hatiku, belum ada orang yang sesempurna itu, dia bahkan menyayangiku lebih dari orang tuaku” jawab Yahudi tersebut menjelaskan. “ orang seperti itu sangat luarbiasa, mengapa tidak orang seperti itu saja yang harusnya jadi pemimpin.” “ Kamu benar bapak, apakah kamu belum tahu kalau dia sudah meniggal dunia?” Tanya Abu Bakar. “ apa??? Dia meniggal?” Yahudi itu pun meneteskan airmatanya, dapat ia bayangkan betapa lembutnya orang itu saat menuapinya, betapa sengannya hatinya saat orang tersebut membesarkan jiwanya, bahkan mau memberinya dinar Emas yang sangat berharga, masih terngiang di teliganya beberapa kalimat-kalimat yang sangat indah dan membuatnya menjadi lebih semangat untuk menjalani kehidupan ini. “sial sekali aku bahkan belum tahu siapa namanya” sambungnya sambil terisak menghaspus airmata di pipinya. “ apakah kamu ingin tahu siapa namanya?” tanya Abu Bakar “ apakah kamu mengenalnya?, siapa dia? Dan dimana rumahnya?” tanya Yahudi itu kembali. “ ya aku kenal siap dia, bahkan aku ikut menyolatkan dan mengkafaninya” “ benarkah kata-katamu itu?” “ ya tentu” “ kalau begitu beritahu aku siapa dia?” tanya Yahudi itu bertambah penasaran. “ dia adalah orang yang selama ini selalu engkau Caci, dia adalah Muhammad Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wassallam” jawab Abu Bakar. “ apa??!! Dia Rasullullah. Tidak Mungkin..” Yahudi itu kini tidak mampu lagi menahan tangisnya, kini airmatanya mengalir sangat deras, ia mengis sejadi-jadinya. Betapa tidak, masih segar di ingatanya dimana Setiap Ia diberi makan maka Ocehannya semakin keras kepada Rasul, dan Rasul malah semakin lembut menyuapinya, bahkan ia mengatakan Rasul adalah orang gila, Rasul justru selalu memberinya dinar emas. Semakin keras ocehanya dan membuat yang melihat marah, justru Rasul malakukan sebaliknya, ia tersenyum dan tetap sabar memberi perlayanan kepada Yahudi. “ kalau begitu ajarkan aku cara untuk mengikuti jejaknya?” uangkap Yahudi tersebutt meminta kepada Abu Bakar. Abu Bakar pun tak kuat menahan airmatanya, kemudian ia mengajarkan dua kalimat Syahadat yang artinya kini Yahudi tersebut telah memeuk Islam. Subhanallah Betapa Mulianya Pribadi Rasulullah, Bahkan terhadap musuhnya. Airmata Syamsudin kini mulai mengalir, beberapa isak tersendat terdengar daru mulutnya, belum lagi usai tangisnya ia kembali teringat orang Kafir yang selau meludahi Rasul tatkala melintas di hadapanya, hingga pada suatu hari orang yang biasa meludahi Rasul itupun mengalami sakit parah, pada saat itu Rasul bertanya tentang keberadaan orang yang biasa meludahinya itu. Subhanallah, engkau memang Uswatun Hasanah ya Rasulullah. Bahkan orang yang biasa menyakitimu pun engkau tanyakan kabarnya, dan yang membuat orang berdecak kagum dan bertasbih adalah beliau justru menjadi orang pertama yang menjenguk orang yang biasa meludahinya itu, orang yang biasa meludahinya pun tak kuasa meneteskan air mata hingga ia memeluk Islam. Beberapa kisah yang kemudian meyakinkan Syamsudin Agar tidak membunuh dua serdadu yang sudah tidak berdaya itu. BERSAMBUNG...

Postingan populer dari blog ini

FAJAR CINTA SRI INDRAPURA